Video pelajar SMA mempermainkan shalat yang beredar di Youtube dan Facebook membuat banyak umat Islam tersinggung. Dari pantauan bersamadakwah, ratusan komentar bernada protes dan marah membanjiri Youtube, Facebook, dan Situs yang memberitakan video tersebut. Bahkan, direktori SMAN 2 Tolitoli di laman kesekolah.com juga dipenuhi protes pembaca.
Untuk mengklarifikasi video itu lebih detail, bersamadakwah mencoba menghubungi nomor telepon SMA N 2 Tolitoli yang tertera di direktori info sekolah tersebut, Rabu (17/4) sebelum Zhuhur. Namun, berkali-kali dihubungi terdengar nada sibuk. Mungkin karena banyaknya masyarakat yang menghubungi sekolah yang berlokasi di Jl. Siswa No. 5 Desa Tambun itu.
Untungnya, hidayatullah.com bisa menghubungi Kepala SMAN 2 Tolitoli Muallimin pada hari yang sama. Muallimin menjelaskan bahwa kelima pelaku dalam video tersebut adalah siswi SMAN 2 Tolitoli. Video sudah diketahui beberapa waktu yang lalu dan kelima siswi itu pun sudah diberi sanksi dikeluarkan dari sekolah.
“Betul (video) itu. Sudah diberi sanksi,” kata Muallimin kepada hidayatullah.com.
Muallimin menjelaskan, kelima siswi tersebut sebenarnya hanya iseng-iseng saja. Namun, keisengan tersebut melewati batas kewajaran karena sudah masuk ranah penistaan agama.
“Kita anggap melanggar aturan sekolah, termasuk penistaan agama,” tegasnya.
Menurut Muallimin, sanksi yang dijatuhkan sudah disepakati institusi SMAN 2 Tolitoli secara umum beberapa hari lalu. Selain pihak sekolah, para stakeholder dan siswa-siswa, juga telah mendapat dukungan dari pihak-pihak di luar sekolah. Termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
“Secara keseluruhan, orangtua (para pelaku) menerima sanksi dan diakui tindakan anak-anak yang telah melanggar etika,” tambahnya.
Hingga saat ini, jelasnya, kelima murid SMAN tersebut sudah diproses secara hukum di Kepolisian Resort Toli-Toli.
Para siswi dalam video itu adalah murid kelas XII. Sebenarnya mereka akan mengikuti Ujian Nasional pada pekan ini. Sayangnya, akibat melecehkan shalat yang berbuntut sanksi dikeluarkan dari sekolah membuat mereka tidak bisa mengikuti Unas. Tragisnya, sekolah-sekolah lain juga dikabarkan tidak ada yang mau menampung mereka.
Belajar dari kasus ini, Muallimin mengambil kesimpulan bahwa pembinaan spiritual atau pendidikan agama kepada pelajar perlu digalakkan. [IK/Hdy/bsb]
Untuk mengklarifikasi video itu lebih detail, bersamadakwah mencoba menghubungi nomor telepon SMA N 2 Tolitoli yang tertera di direktori info sekolah tersebut, Rabu (17/4) sebelum Zhuhur. Namun, berkali-kali dihubungi terdengar nada sibuk. Mungkin karena banyaknya masyarakat yang menghubungi sekolah yang berlokasi di Jl. Siswa No. 5 Desa Tambun itu.
Untungnya, hidayatullah.com bisa menghubungi Kepala SMAN 2 Tolitoli Muallimin pada hari yang sama. Muallimin menjelaskan bahwa kelima pelaku dalam video tersebut adalah siswi SMAN 2 Tolitoli. Video sudah diketahui beberapa waktu yang lalu dan kelima siswi itu pun sudah diberi sanksi dikeluarkan dari sekolah.
“Betul (video) itu. Sudah diberi sanksi,” kata Muallimin kepada hidayatullah.com.
Muallimin menjelaskan, kelima siswi tersebut sebenarnya hanya iseng-iseng saja. Namun, keisengan tersebut melewati batas kewajaran karena sudah masuk ranah penistaan agama.
“Kita anggap melanggar aturan sekolah, termasuk penistaan agama,” tegasnya.
Menurut Muallimin, sanksi yang dijatuhkan sudah disepakati institusi SMAN 2 Tolitoli secara umum beberapa hari lalu. Selain pihak sekolah, para stakeholder dan siswa-siswa, juga telah mendapat dukungan dari pihak-pihak di luar sekolah. Termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
“Secara keseluruhan, orangtua (para pelaku) menerima sanksi dan diakui tindakan anak-anak yang telah melanggar etika,” tambahnya.
Hingga saat ini, jelasnya, kelima murid SMAN tersebut sudah diproses secara hukum di Kepolisian Resort Toli-Toli.
Para siswi dalam video itu adalah murid kelas XII. Sebenarnya mereka akan mengikuti Ujian Nasional pada pekan ini. Sayangnya, akibat melecehkan shalat yang berbuntut sanksi dikeluarkan dari sekolah membuat mereka tidak bisa mengikuti Unas. Tragisnya, sekolah-sekolah lain juga dikabarkan tidak ada yang mau menampung mereka.
Belajar dari kasus ini, Muallimin mengambil kesimpulan bahwa pembinaan spiritual atau pendidikan agama kepada pelajar perlu digalakkan. [IK/Hdy/bsb]
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment