Judul : Habiskan Saja Gajimu!
Penulis : Ahmad Gozali
Penerbit : TransMedia
Tahun : Cetakan I, 2013
Tebal : vi + 178 halaman ; 14 x 20 cm
ISBN : 978-979-799-242-2
Harga : Rp 36.000
Hidup Bahagia dengan Menghabiskan Gaji
Kesuksesan memang tidak bisa diukur dengan uang. Namun tanpa adanya sikap yang benar terkait uang, kehidupan bisa menjadi sumber bencana. Hal ini terjadi karena uang merupakan salah satu sendi kehidupan yang keberadaannya tidak bisa digantikan. Hampir seluruh aktivitas ataupun kebutuhan hidup, hanya bisa dilakukan secara sempurna dengan adanya uang.
Pengaturan keuangan adalah hal yang berbeda dengan jumlah penghasilan. Bukan berarti semakin banyak penghasilan maka seseorang akan semakin sukses. Pun, sebaliknya. Yang benar adalah, keberhasilan manajemen keuangan merupakan indikator sukses atau tidaknya kehidupan seseorang.
Dalam buku setebal 178 halaman ini, Penulis menyajikan sebuah manajemen keuangan yang boleh dibilang menentang arus. Ketika banyak buku yang menyajikan manajemen keuangan berbasis ‘Sisakan Gajimu’, Penulis yang merupakan pendiri Zelts Consulting ini justru menyajikan sebuah pola manajemen keuangan baru berbasis ‘Habiskan Saja Gajimu’.
Yang dimaksud dengan ‘Habiskan Saja Gajimu’ adalah habiskan saja gajimu di jalan yang benar (Hal 33). Lebih lanjut, menghabiskan gaji di jalan yang benar dibagi dalam empat jenis pengeluaran. Pengeluaran untuk Tuhan (Sosial), Cicilan Hutang, Investasi atau Tabungan dan Kebutuhan Sehari-hari. (Hal 39-47)
Titik tekan dalam manajemen keuangan berbasis ‘Habiskan Saja Gajimu’ ini terletak pada prioritas. Hal ini harus memperhatikan dua hal : fixed dan flexibel. Yaitu peninjauan kembali terhadap sebuah kebutuhan. Mana yang fixed, harus dikeluarkan tanpa ditawar jumlah dan waktunya. Dan mana yang flexibel, mana yang bisa disiasati. Baik ditunda pelaksanaan pengeluaran ataupun jumlahnya.
Jika melihat dua kaidah tersebut, maka urutan pengeluaran adalah alokasikan gaji pertama kali untuk pengeluaran sosial. Hal ini erat kaitannya dengan kaidah berikutnya, Pay Your God First. Bahwa dengan memenuhi kewajiban sosial seperti yang diperintahkanNya, artinya kita diajarkan untuk memiliki mentalitas kaya yang tidak takut kehilangan karena sudah merasa cukup. Bahagia ketika memberi, takut ketika tidak mampu memberi lebih. (Hal 95)
Pengeluaran sosial ini juga menjadi ajaran dalam semua agama. Dan terbukti, pengeluaran di bidang ini justru bisa membuat seseorang semakin kaya. Dalam Islam, pengeluaran ini berbentuk zakat, infaq, shodaqoh, dan lain-lain.
Setelah pengeluaran Sosial, maka prioritas berikutnya adalah pengeluaran untuk cicilan hutang. Hal ini bukan berarti penulis menganjurkan pembaca untuk berhutang. Tetapi sebagai solusi karena berhutang menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dihindari di jaman ini. Oleh karenanya, cicilan hutang tidak bisa diabaikan apalagi sampai tidak diagendakan. Terlebih lagi untuk hutang-hutang berbunga. Jika terjadi penundaan, maka jumlahnya akan semakin bertambah.
Disamping cicilan hutang, pengeluaran untuk tabungan atau investasi harus diperhatikan juga. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Pengeluaran untuk hal ini sama pentingnya dengan anggaran cicilan hutang. Jika tertunda apalagi sampai tidak tertunaikan, maka hidup kita akan semakin jauh dari predikat sukses karena bingung dengan esok hari.
Barulah kemudian masuk ke dalam pengeluaran keempat, kebutuhan sehari-hari. Setelah dikurangi kebutuhan sosial, cicilan hutang dan tabungan, silahkan habiskan semua gaji untuk kebutuhan sehari-hari. Jika tiga jenis pengeluaran pertama sudah tertata dan tertunaikan dengan baik, maka menghabiskan gaji menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan dan bisa membuat kita bahagia.
Akhirnya, masalah keuangan memang tidak lebih penting dibandingkan dengan kebahagiaan, keharmonisan keluarga, pendidikan anak, maupun kesehatan. Namun ternyata, semua tadi akan lebih berat diselesaikan jika masih ada masalah dalam keuangan keluarga. []
Penulis : Ahmad Gozali
Penerbit : TransMedia
Tahun : Cetakan I, 2013
Tebal : vi + 178 halaman ; 14 x 20 cm
ISBN : 978-979-799-242-2
Harga : Rp 36.000
Hidup Bahagia dengan Menghabiskan Gaji
Kesuksesan memang tidak bisa diukur dengan uang. Namun tanpa adanya sikap yang benar terkait uang, kehidupan bisa menjadi sumber bencana. Hal ini terjadi karena uang merupakan salah satu sendi kehidupan yang keberadaannya tidak bisa digantikan. Hampir seluruh aktivitas ataupun kebutuhan hidup, hanya bisa dilakukan secara sempurna dengan adanya uang.
Pengaturan keuangan adalah hal yang berbeda dengan jumlah penghasilan. Bukan berarti semakin banyak penghasilan maka seseorang akan semakin sukses. Pun, sebaliknya. Yang benar adalah, keberhasilan manajemen keuangan merupakan indikator sukses atau tidaknya kehidupan seseorang.
Dalam buku setebal 178 halaman ini, Penulis menyajikan sebuah manajemen keuangan yang boleh dibilang menentang arus. Ketika banyak buku yang menyajikan manajemen keuangan berbasis ‘Sisakan Gajimu’, Penulis yang merupakan pendiri Zelts Consulting ini justru menyajikan sebuah pola manajemen keuangan baru berbasis ‘Habiskan Saja Gajimu’.
Yang dimaksud dengan ‘Habiskan Saja Gajimu’ adalah habiskan saja gajimu di jalan yang benar (Hal 33). Lebih lanjut, menghabiskan gaji di jalan yang benar dibagi dalam empat jenis pengeluaran. Pengeluaran untuk Tuhan (Sosial), Cicilan Hutang, Investasi atau Tabungan dan Kebutuhan Sehari-hari. (Hal 39-47)
Titik tekan dalam manajemen keuangan berbasis ‘Habiskan Saja Gajimu’ ini terletak pada prioritas. Hal ini harus memperhatikan dua hal : fixed dan flexibel. Yaitu peninjauan kembali terhadap sebuah kebutuhan. Mana yang fixed, harus dikeluarkan tanpa ditawar jumlah dan waktunya. Dan mana yang flexibel, mana yang bisa disiasati. Baik ditunda pelaksanaan pengeluaran ataupun jumlahnya.
Jika melihat dua kaidah tersebut, maka urutan pengeluaran adalah alokasikan gaji pertama kali untuk pengeluaran sosial. Hal ini erat kaitannya dengan kaidah berikutnya, Pay Your God First. Bahwa dengan memenuhi kewajiban sosial seperti yang diperintahkanNya, artinya kita diajarkan untuk memiliki mentalitas kaya yang tidak takut kehilangan karena sudah merasa cukup. Bahagia ketika memberi, takut ketika tidak mampu memberi lebih. (Hal 95)
Pengeluaran sosial ini juga menjadi ajaran dalam semua agama. Dan terbukti, pengeluaran di bidang ini justru bisa membuat seseorang semakin kaya. Dalam Islam, pengeluaran ini berbentuk zakat, infaq, shodaqoh, dan lain-lain.
Setelah pengeluaran Sosial, maka prioritas berikutnya adalah pengeluaran untuk cicilan hutang. Hal ini bukan berarti penulis menganjurkan pembaca untuk berhutang. Tetapi sebagai solusi karena berhutang menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dihindari di jaman ini. Oleh karenanya, cicilan hutang tidak bisa diabaikan apalagi sampai tidak diagendakan. Terlebih lagi untuk hutang-hutang berbunga. Jika terjadi penundaan, maka jumlahnya akan semakin bertambah.
Disamping cicilan hutang, pengeluaran untuk tabungan atau investasi harus diperhatikan juga. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Pengeluaran untuk hal ini sama pentingnya dengan anggaran cicilan hutang. Jika tertunda apalagi sampai tidak tertunaikan, maka hidup kita akan semakin jauh dari predikat sukses karena bingung dengan esok hari.
Barulah kemudian masuk ke dalam pengeluaran keempat, kebutuhan sehari-hari. Setelah dikurangi kebutuhan sosial, cicilan hutang dan tabungan, silahkan habiskan semua gaji untuk kebutuhan sehari-hari. Jika tiga jenis pengeluaran pertama sudah tertata dan tertunaikan dengan baik, maka menghabiskan gaji menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan dan bisa membuat kita bahagia.
Akhirnya, masalah keuangan memang tidak lebih penting dibandingkan dengan kebahagiaan, keharmonisan keluarga, pendidikan anak, maupun kesehatan. Namun ternyata, semua tadi akan lebih berat diselesaikan jika masih ada masalah dalam keuangan keluarga. []
Penulis : Pirman
Penulis Antologi Surat Cinta Untuk Murobbi dan sejumlah buku lainnya
Penulis resensi di sejumlah media cetak
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment