Search

Pentingnya Bimbingan Agama dan Doa untuk Pasien

Posted by Zam on Tuesday, November 26, 2013

Sesungguhnya sakit merupakan sapaan kasih sayang dari Tuhan pada hambanya. Namun, banyak orang malah cenderung mengeluh marah-marah, menyalahkan, mengumpat, mengutuk bahkan mungkin sampai tidak mengakui adanya Tuhan ketika mengalami sakit.

Pasien (orang yang sakit) adalah individu yang sedang rentan dalam periode kehidupan, sehingga seorang pasien membutuhkan pendampingan secara Psikoreligius.

Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa di lakukan apa-apa, bisa jadi pendampingan keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu. 

Apa pentingnya pendampingan keagamaan bagi pasien?

Sangat penting. Terlebih lagi pasien yang barang kali tidak atau belum paham terhadap hubungan antara hamba dan Tuhannya. Pendamping harus menyadarkan dan membimbing pasien untuk memahami bagaimana hubungan antara diri dengan tuhanya.

Bagaimana cara memahamkannya?

Perlu satu tahap untuk memberi pemahaman yang benar tentang bagaimana sakit itu merupakan sapaan kasih sayang dari Tuhan kepada hamba-Nya. Disinilah fungsi pendamping untuk memahamkan secara benar dan proporsional akan hikmah sakit kepada pasien. Kalau tidak dipahamkan seperti ini, pasien akan cenderung mengeluh, marah-marah, menyalahkan, mengumpat, mengutuk, bahkan tidak mengakui adanya Tuhan. Selama ini kalangan medis secara umum, mendudukkan penyakit sebagai musuh yang jahat, harus dilawan dan di perangi.

Seberapa efektif pendampingan keagamaan itu?

Dewasa ini banyak sekali penelitian tentang manfaat pendampingan keagamaan terhadap pasien. Dengan adanya pendampingan, penyakit fisik yang di derita pasien akan di percepat kesembuhanya. Di banyak negara, membawa agama ke dalam pelayanan kesehatan sudah menjadi tren, bahkan sudah menjadi suatu keharuan, ada yang mengatakan, dokter-dokter yang tidak memperhatikan keagamaan pasien dan tidak menganjurkan ritual keagamaan selama penyembuhanya bisa di bilang suatu kriminal dalam pengobatan. (Larry Dossey, The Healing Words).

Untuk penyakit apa saja?

Agama terbukti berperan dalam penyembuhan penyakit-penyakit fisik, penyakit-penyakit psikis, penyakit kejiwaan, atau gabugan interelasi dari keduanya, yakni penyakit psikosomatis. Sebenarnya yang sakit adalah jiwanya, tapi manifestasnya muncul sebagai keluhan-keluhan fisik. Sehingga pendampingan agama menjadi suatu keharusan dalam pelayanan medis. 

Bagaimana islam memberi panduan mengenai orang sakit?

Islam menempatkan penyakit sebagai takdir Allah SWT. dan meyakini takdir itu merupakan bagian rukun iman. Islam pasti memberi tuntunan yang komplit terhadap orang sakit. Hampir setiap ibadah mahdah (ibadah yang sudah ditentukan) pasti akan ada ketentuan khusus (pengecualian) bagi orang sakit, misalnya wudhu, puasa, dan sholat bahkan ibadah haji sekalipun ada keringanan bagi orang sakit.

Apa makna sakit dalam islam?

Sakit seharusnya tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang membuat orang menderita. Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan peribadatan sehari-hari bahkan meninggkat dari biasanya dengan berdzikir, doa-doa, melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih penting, orang menjadi tersadarkan betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa ajal akan datang sewaktu-waktu.

Bagaimana memberikan bimbingan agar selalu ingat Allah SWT dan sabar atas sakit yang dideritanya?

Memang tidak mudah, tapi pasien menginginkan kesembuhan. Kita ikuti saja keinginan pasien itu. Mau sembuh? Mari kita datang kepada yang Maha Memiliki kesembuhan. Ustadz Yusuf Mansyur sering meningatkan “dokter-dokter, perawat dan semua petugas dirumah sakit, jangan hanya memberi obat, kenalkan dulu sama yang punya kesembuhan, jangan sampai pasien sembuh secara fisiknya saja.”

Sakit adalah menentukan untuk menyadarkan seseorang hamba dia hanyalah makhluk, dia itu hamba Allah. Tugas kitalah untuk mengingatkan, kita sakitkan mau sembuh, mari kita datang kepada yang punya kesembuhan, siapa? Kepada Allah SWT.

Sebagai petugas kesehatan, kita juga memahami bahwa rumus pengobatan tidak seperti matematika, tidak seperti mesin. Dua orang menderita suatu penyakit yang secara diagnosis medis sama, diberikan obat yang sama, tetapi mengapa yang satu sembuh, yang lain belum tentu sembuh? Bahkan ada kasus lain lagi, seseorang yang tidak menerima pengobatan seperti itu, tetapi kualitas agamanya diatas rata-rata dan ia menjalani ibadah khusus, secara klinis dia mengalami kesembuhan. Baru setelah pasien paham tentang dirinya, mengapa dirinya sakit, siapa Allah, siapa yang memiliki kesembuhan dari penyakit, baru obat boleh diberikan. Tapi, mari kita sama-sama memohon kesembuhannya dari Allah. Disitulah doa-doa dipanjatkan dan disitulah saatnya bermohon, sementara dia terus memperbaiki hubungan dengan Allah.

Bagaimana Doa Dapat Mempercepat Kesembuhan Pasien

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al Mu’min, 40:60)

Menurut Al Qur’an, doa, yang berarti “seruan, menyampaikan ungkapan, permintaan, permohonan pertolongan,” adalah berpalingnya seseorang dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya, Yang Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah wujud yang memiliki kebergantungan. Penyakit adalah salah satu dari contoh tersebut yang dengannya manusia paling merasakan kebergantungan ini dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Tambahan lagi, penyakit adalah sebuah ujian, yang direncanakan menurut Hikmah Allah, yang terjadi dengan Kehendak-Nya, dan sebagai peringatan bagi manusia akan kefanaan dan ketidaksempurnaan kehidupan ini, dan juga sebagai sumber pahala di Akhirat atas kesabaran dan ketaatan karenanya.

Sebaliknya mereka yang tidak memiliki iman, meyakini bahwa jalan kesembuhan adalah melalui dokter, obat atau kemampuan teknologi mutakhir dari ilmu pengetahuan modern. Mereka tidak pernah berhenti untuk merenung bahwa Allah-lah yang menyebabkan keseluruhan perangkat tubuh mereka untuk bekerja di saat mereka sedang sehat, atau Dialah yang menciptakan obat yang membantu penyembuhan dan para dokter ketika mereka sakit. Banyak orang hanya kembali menghadap kepada Allah di saat mereka sadar bahwa para dokter dan obat-obatan tidak memiliki kesanggupan. Orang-orang yang berada pada keadaan tersebut memohon pertolongan hanya kepada Allah, setelah menyadari bahwa hanya Dialah yang dapat membebaskan mereka dari kesulitan. Allah telah menyatakan pola pikir ini dalam sebuah ayat:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.(QS, Yunus, 10:12)

Padahal sesungguhnya, sekalipun dalam keadaan sehat, atau tanpa cobaan atau kesulitan lain, seseorang wajib berdoa dan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan, kesehatan dan seluruh karunia yang telah Dia berikan.

Inilah satu sisi paling penting dari doa: Di samping berdoa dengan lisan menggunakan suara, penting pula bagi seseorang melakukan segala upaya untuk berdoa melalui perilakunya. Berdoa dengan perilaku bermakna melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mencapai harapan tertentu. Misalnya, di samping berdoa, seseorang yang sakit sepatutnya juga pergi ke dokter ahli, menggunakan obat-obatan yang berkhasiat, dan menjalani perawatan rumah sakit jika perlu, atau perawatan khusus dalam bentuk lain. Sebab, Allah mengaitkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada sebab-sebab tertentu. Segala sesuatu di dunia dan di alam semesta terjadi mengikuti sebab-sebab ini. Oleh karena itu, seseorang haruslah melakukan segala hal yang diperlukan dalam kerangka sebab-sebab ini, sembari berharap hasilnya dari Allah, dengan kerendahan diri, berserah diri dan bersabar, dengan menyadari bahwa Dialah yang menentukan hasilnya.

Pengaruh menguntungkan dari keimanan dan doa bagi orang sakit, dan bagaimana hal ini dapat mempercepat penyembuhan adalah sesuatu yang telah menarik perhatian dari dan dianjurkan oleh para dokter. Dengan judul”God and Health: Is Religion Good Medicine? Why Science Is Starting to Believe” [Tuhan dan Kesehatan: Apakah Agama Adalah Obat Yang Baik? Mengapa Ilmu Pengetahuan Mulai Percaya], majalah terkenal Newsweek terbitan tanggal 10 November 2003 mengangkat pengaruh agama dalam penyembuhan penyakit sebagai bahasan utamanya. Majalah tersebut melaporkan bahwa keimanan kepada Tuhan meningkatkan harapan pasien dan membantu pemulihan mereka dengan mudah, dan bahwa ilmu pengetahuan mulai meyakini bahwa pasien dengan keimanan agama akan pulih lebih cepat dan lebih mudah. Menurut pendataan oleh Newsweek, 72% masyarakat Amerika mengatakan mereka percaya bahwa berdoa dapat menyembuhkan seseorang dan berdoa membantu kesembuhan. Penelitian di Inggris dan Amerika Serikat juga telah menyimpulkan bahwa doa dapat mengurangi gejala-gejala penyakit pada pasien dan mempercepat proses penyembuhannya.

Menurut penelitian yang dilakukan di Universitas Michigan, depresi dan stres teramati pada orang-orang yang taat beragama dengan tingkat rendah. Dan, menurut penemuan di Universitas Rush di Chicago, tingkat kematian dini di kalangan orang-orang yang beribadah dan berdoa secara teratur adalah sekitar 25% lebih rendah dibandingkan pada mereka yang tidak memiliki keyakinan agama. Penelitian lain yang dilakukan terhadap 750 orang, yang menjalani pemeriksaan angiocardiography [jantung dan pembuluh darah], membuktikan secara ilmiah “kekuatan penyembuhan dari doa.” Telah diakui bahwa tingkat kematian di kalangan pasien penyakit jantung yang berdoa menurun 30% dalam satu tahun pasca operasi yang mereka jalani.

Sejumlah contoh doa yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah:

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al Anbiyaa’, 21:83-84)

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Al Anbiyaa’, 21:87-88)

Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (QS. Al Anbiyaa’, 21:89-90)

Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). (QS. Ash Shaaffaat, 37:75)

Sebagaimana telah disebutkan, doa tidak semestinya hanya dilakukan untuk menghilangkan penyakit, atau kesulitan-kesulitan duniawi lainnya. Orang beriman yang sejati haruslah senantiasa berdoa kepada Allah dan menerima apa pun yang datang dari-Nya. Kenyataan bahwa sejumlah manfaat doa yang diwahyukan di dalam banyak ayat Al Qur’an kini sedang diakui kebenarannya secara ilmiah, sekali lagi mengungkapkan keajaiban yang dimiliki Al Qur’an.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah, 2:186)

Doa sangat diperlukan untuk ketenangan hati. Doa adalah harapan untuk kesembuhan. Sebagai perawat, kita harus membimbing pasien dalam agama dan doanya. Baik pasien sendiri yang berdoa ataupun kita yang berdoa untuk kesembuhan pasien.

Ketika pertama kali bertemu hendaknya memperkenalkan diri. Kemudian perawat mendoakan pasien agar diberikan kesembuhan.

اللھم لا سھل الا ما جعلتھ سھلا وانت تجعل الحزن سھلا اذا شئت

“Wahai Tuhanku, tidak ada yang mudah melainkan apa yang telah Engkau jadikannya mudah, Engkaulah yang dapat menjadikan belukar, tanah yang datar, apabila Engkau kehendaki.”

Meyakini Allah-lah yang memberi kehidupan

“Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Mahaperkasa lagi Maha pengampun.” (QS. Al-Mulk:2)

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”(QS.Al-Fatihah:5) dan bisa juga dengan doa-doa lainnya.

Wawancara kepada  Dr. dr. H SAGIRAN Sp B. M.Kes 

Sumber :          
- http://www.doamuslim.com/doa-mohon-kesembuhan-dari-penyakit/
- http://www.rsunurhidayah.com/berita-197-bimbingan-agama-untuk-kesembuhan.html
- http://keperawatanreligionekaratna.wordpress.com/2013/05/27/pentingnya-bimbingan-agama-dan-doa-untuk-pasien/, akses tgl 27/11/2013.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment