Ditengah kondisi yang sangat memprihatinkan di dunia medis, ongkos kesehatan yang begitu mahal, pelayanan yang amburadul di kebanyakan rumah sakit atau dokter yang tidak lagi peduli pada kaum papa, ternyata Tuhan masih menyisakan seorang Lo Siaw Ging. Dokter yang sudah tergolong sepuh ini masih melayani pasien dari pagi, siang hingga sore di rumah yang sekaligus tempat prakteknya, Jagalan, Solo. Dimata tetangga dan pasien tidak mampu, dokter Lo bagaikan malaikat. Dokter Lo juga menjungkir balikan logika tentang pelayanan dan biaya kesehatan pada umumnya. Bagaimana mungkin ditengah jaman krisis mutu pelayanan dunia kedokteran, seorang dokter Lo, begitu beliau biasa dipanggil tak sudi memasang tarif, bahkan menggratiskan begitu saja biaya periksa. Tidak itu saja dokter Lo bahkan tak pelit memberikan ongkos bagi yang tak mampu. Bahkan lebih ”gila” lagi beliau membayar tagihan obat bagi pasien yang tak mampu menebus resep yang ditulisnya di Apotik langganannya.
Secara pribadi saya mengenal dokter Lo ketika bekerja di perusahaan farmasi hampir dua dekade lalu. Ketemu lagi dengan beliau ketika saya sudah beralih profesi bekerja sebagai petugas pajak dan ditugaskan di bagian Fiskal Luar Negeri Bandara Adi Sumarmo Solo. Pengalaman unik dengan beliau yakni pada saat ada seseorang yang sengaja tidak genap membayar biaya fiskal luar negeri yang waktu itu Rp. 1 Juta, hanya menyerahkan Rp. 900 ribu, tapi mengaku sudah benar. Belum lagi saya menegurnya, dokter Lo sudah menegur orang tersebut agar jujur. Ya, dokter Lo memang antri pas dibelakang orang tersebut hingga tau gerak-geriknya.
Hari Sabtu tanggal 2 April 2011 saya kembali lagi bertemu dengan dokter Lo, setelah lebih kurang 7 tahun tidak bertemu. Kali ini saya harus ketemu dokter Lo, karena kedua anak saya dan istri saya sudah beberapa kali ke dokter tak kunjung sembuh juga batuknya. Saya tahu persis dokter Lo sangat piawai menyembuhkan berbagai keluhan sakit, termasuk batuk. Agak segan sebenarnya, karena masih banyak yang lebih memerlukan jasa dokter Lo katimbang kami. Biasanya kami pergi ke klinik praktik 24 jam yang juga tidak terlalu mahal biayanya. Dan mutu layanannya juga cukup baik.
Di sepanjang perjalanan yang ditempuh kira-kira dua puluh menit dari rumah, saya sudah berembuk dengan istri saya bagaimana cara nanti membayarnya. Bukan memikirkan berapa tarifnya, tapi menyiapkan mental kalau-kalau nanti dimarahi dokter ketika membayar.
Ketika sampai diruang prakteknya , sebuah rumah tua yang sederhana bentuknya namun kokoh dan sangat bersih, konsentrasi saya bukan lagi pada anak-anak yang sakit. Tapi sosok beliau yang sangat galak dan tegas. Kami mengantri sekira 6 pasien. Tidak terlalu lama menunggu, karena dokter Lo memang cepat memeriksa dan tak suka basa-basi.
Tibalah giliran keluarga kami, 4 orang masuk sekaligus. Sosok dokter “Malaikat” itu masih seperti terakhir saya bertemu. Raut mukanya bersih, sisiranya rapi seperti selalu habis mandi, hem putih dan to the point. Ketika beliau bertanya berapa berat badan anak saya, maka saya jawab kira-kira 29 kg. Lalu dokter berkata sangat tegas “jangan kira-kira, itu ada timbangan!!” Maka cepat-cepat saya menimbang anak saya yang ternyata 27 kg. Ketika ketiganya selesai diperiksa dan istri saya agak ketakukan mau menyerahkan biaya yang diamplop, dokter Lo sudah buru-buru mengusir kami, “sudah…….sudah…….selesai…….” dengan sedikit sekali senyum. Kami tahu maksudnya beliau tak mau dibayar.
Serba salah memang, disisi lain kami cocok dengan resepnya disisi lain beliau tak berkenan dibayar. Sebenarnya harapan kami uang yang kami bayarkan bisa untuk membantu saudara-saudara kami yang tidak mampu. Tapi….sudahlah, mungkin sebaiknya sodaqoh di tempat lain saja. Bukan di dokter “Malaikat” ini. Saya hampir meneteskan air mata dan berdo’a mudah-mudahan beliau sehat dan berumur panjang, serta ada penerusnya yang seperti beliau. Karena masih begitu banyak saudara-saudara kita yang tidak mampu memerlukan sosok seperti beliau.
Kami juga mendapatkan pelajaran bahwa tidak perlu bermanis mulut untuk ikhlas menolong orang. Lo Siaw Ging adalah sosok yang menakjubkan. Kehidupan pribadinya yang sangat sederhana, dengan sikapnya yang tegas dan galak dia mempunyai hati yang begitu bening………sebening embun pagi dan seikhlas senyuman pasien yang ditolongnya………
Oleh : Didie Yusat
sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/04/05/lo-siaw-ging-dokter-apa-malaikat-352409.html, akses tgl 02/12/2013.
Secara pribadi saya mengenal dokter Lo ketika bekerja di perusahaan farmasi hampir dua dekade lalu. Ketemu lagi dengan beliau ketika saya sudah beralih profesi bekerja sebagai petugas pajak dan ditugaskan di bagian Fiskal Luar Negeri Bandara Adi Sumarmo Solo. Pengalaman unik dengan beliau yakni pada saat ada seseorang yang sengaja tidak genap membayar biaya fiskal luar negeri yang waktu itu Rp. 1 Juta, hanya menyerahkan Rp. 900 ribu, tapi mengaku sudah benar. Belum lagi saya menegurnya, dokter Lo sudah menegur orang tersebut agar jujur. Ya, dokter Lo memang antri pas dibelakang orang tersebut hingga tau gerak-geriknya.
Hari Sabtu tanggal 2 April 2011 saya kembali lagi bertemu dengan dokter Lo, setelah lebih kurang 7 tahun tidak bertemu. Kali ini saya harus ketemu dokter Lo, karena kedua anak saya dan istri saya sudah beberapa kali ke dokter tak kunjung sembuh juga batuknya. Saya tahu persis dokter Lo sangat piawai menyembuhkan berbagai keluhan sakit, termasuk batuk. Agak segan sebenarnya, karena masih banyak yang lebih memerlukan jasa dokter Lo katimbang kami. Biasanya kami pergi ke klinik praktik 24 jam yang juga tidak terlalu mahal biayanya. Dan mutu layanannya juga cukup baik.
Di sepanjang perjalanan yang ditempuh kira-kira dua puluh menit dari rumah, saya sudah berembuk dengan istri saya bagaimana cara nanti membayarnya. Bukan memikirkan berapa tarifnya, tapi menyiapkan mental kalau-kalau nanti dimarahi dokter ketika membayar.
Ketika sampai diruang prakteknya , sebuah rumah tua yang sederhana bentuknya namun kokoh dan sangat bersih, konsentrasi saya bukan lagi pada anak-anak yang sakit. Tapi sosok beliau yang sangat galak dan tegas. Kami mengantri sekira 6 pasien. Tidak terlalu lama menunggu, karena dokter Lo memang cepat memeriksa dan tak suka basa-basi.
Tibalah giliran keluarga kami, 4 orang masuk sekaligus. Sosok dokter “Malaikat” itu masih seperti terakhir saya bertemu. Raut mukanya bersih, sisiranya rapi seperti selalu habis mandi, hem putih dan to the point. Ketika beliau bertanya berapa berat badan anak saya, maka saya jawab kira-kira 29 kg. Lalu dokter berkata sangat tegas “jangan kira-kira, itu ada timbangan!!” Maka cepat-cepat saya menimbang anak saya yang ternyata 27 kg. Ketika ketiganya selesai diperiksa dan istri saya agak ketakukan mau menyerahkan biaya yang diamplop, dokter Lo sudah buru-buru mengusir kami, “sudah…….sudah…….selesai…….” dengan sedikit sekali senyum. Kami tahu maksudnya beliau tak mau dibayar.
Serba salah memang, disisi lain kami cocok dengan resepnya disisi lain beliau tak berkenan dibayar. Sebenarnya harapan kami uang yang kami bayarkan bisa untuk membantu saudara-saudara kami yang tidak mampu. Tapi….sudahlah, mungkin sebaiknya sodaqoh di tempat lain saja. Bukan di dokter “Malaikat” ini. Saya hampir meneteskan air mata dan berdo’a mudah-mudahan beliau sehat dan berumur panjang, serta ada penerusnya yang seperti beliau. Karena masih begitu banyak saudara-saudara kita yang tidak mampu memerlukan sosok seperti beliau.
Kami juga mendapatkan pelajaran bahwa tidak perlu bermanis mulut untuk ikhlas menolong orang. Lo Siaw Ging adalah sosok yang menakjubkan. Kehidupan pribadinya yang sangat sederhana, dengan sikapnya yang tegas dan galak dia mempunyai hati yang begitu bening………sebening embun pagi dan seikhlas senyuman pasien yang ditolongnya………
Oleh : Didie Yusat
sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/04/05/lo-siaw-ging-dokter-apa-malaikat-352409.html, akses tgl 02/12/2013.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment