Search

Mengenal Lebih Dekat Varises Otak, Penyebab Kematian Presenter Egidia

Posted by Zam on Monday, December 2, 2013

Jakarta, Presenter Egidia Savitri meninggal karena Arteriovenous Malformations (AVM). Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan varises otak. Varises otak adalah penyakit mematikan dan bahkan disebut sebagai 'bom waktu'. Bagaimana sebenarnya penyakit ini?

"Penyakit AVM ini penyakit yang sangat mematikan bisa disebut bom waktu apabila pembuluh darah di otak sudah pecah dan dapat menyebabkan stroke bila penangannya terlambat," ujar spesialis saraf RSCM, RS Husada, dan RS Abdi Waluyo, dr. Ahmad Yanuar, Sps, dalam perbincangan dengan detikHealth, Senin (2/12/2013),

Menurutnya, apabila sudah terjadi pendarahan, itu berarti pembuluh darah dalam otak sudah pecah. Kondisi ini sangat fatal bagi si penderita karena bisa menyebabkan stoke. "Pada dasarnya pemicu utama penyakit ini adalah bawaannya," lanjutnya. 

dr Ahmad menambahkan tidak ada gejala khusus yang menandakan bahwa seseorang menderita AVM. Karena itu umumnya penderita AVM biasanya cenderung tidak menyadari. "Gejalanya pada awalnya hanya sakit kepala atau pusing pada umumnya, dan mereka malah tidak mengacuhkan tanpa diperiksa lebih lanjut," sambung dr Ahmad.

Dia menyarankan apabila ada seseorang yang sering merasa pusing atau sakit kepala, maka harus waspada. Jangan sepelekan urusan sakit kepala karena bisa berakibat fatal. Untuk itu segeralah berkonsultasi ke dokter agar mendapat diagnosis yang tepat.

"Dengan mengetahui jenis-jenis sakit kepala akan sangat bermanfaat bagi kita untuk bisa mengatasi atau mengobati sakit kepala dengan tepat sesuai dengan jenis sakit kepala yang sedang diderita terutama jika didalam keluarga anda memiliki riwayat AVM," kata dr Ahmad.

Dikutip dari strokeassociation.org, AVM dialami oleh kurang dari satu persen populasi umum. Diperkirakan sekitar satu dari 200-500 orang mungkin terkena AVM. Umumnya AVM lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. AVM dapat terjadi di bagian otak mana saja, di dalam otak atau di penutupnya.

Ketika seseorang menderita AVM, terjadi ketidaknormalam, yang mana kemudian melemahkan pembuluh darah. Kondisi ini akan meluas dari waktu ke waktu, hingga akhirnya bisa pecah akibat tingginya tekanan darah dari arteri. Hal ini menyebabkan pendarahan di otak. Sebenarnya peluang pendarahan di otak pasien AVM adalah 1-3 persen setahun. Sedangkan selama lebih dari 15 tahun, peluang pendarahan di otak akibat AVM yang kemudian menyebabkan kerusakan otak dan stroke adalah 25 persen.

Setelah pendarahan pertama, risiko terulangnya pendarahan meningkat sedikit lebih tinggi di waktu yang singkat. Dalam sebuah studi disebut bahwa risiko pendarahan lagi pada tahun pertama sejak pendarahan awal terjadi adalah 6 persen yang kemudian risikonya menurun. Namun studi lain menyebut risiko kekambuhan selama tahun pertama adalah 17,9 persen. Risiko perdarahan berulang kemungkinan lebih tinggi terjadi pada tahun pertama setelah perdarahan kedua. Risiko yang muncul dilaporkan sebanyak 25 persen. Risiko perdarahan sedikit lebih tinggi pada penderita AVM berusia 11 hingga 35 tahun.

Jika AVM menimbulkan adanya pendarahan, maka risiko kematian meningkat 10-15 persen. Sedangkan kerusakan otak permanen adalah 20-30 persen. Nah, setiap kali terjadi kebocoran darah ke otak, maka jaringan otak normal bisa rusak. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi normal, secara sementara atau permanen. Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain kelemahan atau kelumpuhan lengan atau kaki, kesulitan berbicara, serta kesulitan melihat atau mengingat. Kerusakan otak yang terjadi tergantung pada seberapa banyak darah yang bocor dari AVM.

(vit/vta)
Ratna Wulandari
sumber : http://health.detik.com/read/2013/12/02/191317/2430272/763/mengenal-lebih-dekat-varises-otak-penyebab-kematian-presenter-egidia, akses tgl 03/12/2013.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment