Kemenangan adalah pertolongan Allah. Bagi dakwah, tiada kemenangan kecuali dengan pertolongan Allah. Kemenangan dan pertolongan Allah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Jika satu sisi lepas, maka hilanglah nilainya. Inilah yang perlu dicamkan ketika kita memperoleh kemenangan dakwah, termasuk kemenangan di medan siyasiyah.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menganugerahkan banyak kemenangan-Nya kepada kita. Dipelihara-Nya iman kita, diizinkan-Nya kita bergabung dalam sebuah jamaah dakwah, dimudahkan-Nya kita dalam menyebarkan dakwah adalah kemenangan dari-Nya.
Maka jika hari ini kita kembali mendapatkan pertolongan Allah dalam bentuknya yang lain, sesungguhnya kita perlu menyadari bahwa itu datang dari Allah. Maka tidak ada takabur yang boleh menghinggapi, tidak boleh ada ujub yang menyertai, dan tidak boleh membuat kita lupa diri.
Kemenangan bagi dakwah, sesungguhnya adalah sebuah kemestian. Cepat atau lambat, dakwah Islam akan menang. Ia bisa dihadang, tetapi tidak bisa dihentikan. Ia bisa dibenci, tetapi tidak dapat dihancurkan. "Al Mustaqbal li hadadz Din," tulis Muhammad Al Ghazali. Bahwa masa depan itu milik Islam. Sebab Allah telah menjanjikan kemenangan bagi Islam.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. An Nur : 55)
Kemenangan, sesungguhnya juga ujian dari Allah. Apakah kita sanggup menyikapinya dengan benar, atau justru membuat kita terlena. Kemenangan bagai pedang bermata dua. Ia dapat 'membunuh' orang yang lalai dengan kemenangan itu. Di sisi lain, kemenangan dapat membantu kita untuk memperoleh kemenangan-kemenangan berikutnya. Sikap yang benar sangat dibutuhkan agar kemenangan yang diperoleh tidak 'membunuh' kita.
Karenanya Rasulullah justru menangis menunduk di atas untanya ketika beliau memasuki Makkah dalam suasana kemenangan Fathu Makkah. Beliau tidak membusungkan dada, tidak juga merayakan kemenangan dengan pesta. Beliau justru menitikkan air mata, sambil bertasbih, memuji Allah dan beristighfar kepada-Nya.
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah kepada Allah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat." (QS. An Nashr : 1-3)
Sudahkah kita mengikuti sunnah Rasulullah dalam menyambut kemenangan hari-hari ini? Semoga kita bisa dan dengan-Nya Allah menyambung kemenangan ini dengan kemenangan-kemenangan berikutnya. [Disarikan dari Buku Agenda besar Kemenangan Dakwah karya Satria Hadi Lubis]
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menganugerahkan banyak kemenangan-Nya kepada kita. Dipelihara-Nya iman kita, diizinkan-Nya kita bergabung dalam sebuah jamaah dakwah, dimudahkan-Nya kita dalam menyebarkan dakwah adalah kemenangan dari-Nya.
Maka jika hari ini kita kembali mendapatkan pertolongan Allah dalam bentuknya yang lain, sesungguhnya kita perlu menyadari bahwa itu datang dari Allah. Maka tidak ada takabur yang boleh menghinggapi, tidak boleh ada ujub yang menyertai, dan tidak boleh membuat kita lupa diri.
Kemenangan bagi dakwah, sesungguhnya adalah sebuah kemestian. Cepat atau lambat, dakwah Islam akan menang. Ia bisa dihadang, tetapi tidak bisa dihentikan. Ia bisa dibenci, tetapi tidak dapat dihancurkan. "Al Mustaqbal li hadadz Din," tulis Muhammad Al Ghazali. Bahwa masa depan itu milik Islam. Sebab Allah telah menjanjikan kemenangan bagi Islam.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. An Nur : 55)
Kemenangan, sesungguhnya juga ujian dari Allah. Apakah kita sanggup menyikapinya dengan benar, atau justru membuat kita terlena. Kemenangan bagai pedang bermata dua. Ia dapat 'membunuh' orang yang lalai dengan kemenangan itu. Di sisi lain, kemenangan dapat membantu kita untuk memperoleh kemenangan-kemenangan berikutnya. Sikap yang benar sangat dibutuhkan agar kemenangan yang diperoleh tidak 'membunuh' kita.
Karenanya Rasulullah justru menangis menunduk di atas untanya ketika beliau memasuki Makkah dalam suasana kemenangan Fathu Makkah. Beliau tidak membusungkan dada, tidak juga merayakan kemenangan dengan pesta. Beliau justru menitikkan air mata, sambil bertasbih, memuji Allah dan beristighfar kepada-Nya.
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah kepada Allah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat." (QS. An Nashr : 1-3)
Sudahkah kita mengikuti sunnah Rasulullah dalam menyambut kemenangan hari-hari ini? Semoga kita bisa dan dengan-Nya Allah menyambung kemenangan ini dengan kemenangan-kemenangan berikutnya. [Disarikan dari Buku Agenda besar Kemenangan Dakwah karya Satria Hadi Lubis]
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment