Tri Rismaharini |
Dengan pekik takbir, "Allahu Akbar", yang begitu menggema, meluluhkan pasukan sekutu yang medarat di Surabaya, dan bahkan semangat "arek" itu, berhasil membunuh dua orang jendral sekutu, yaitu Jendral AWS Mallaby dan Hawthorn.
Tetapi, Surabaya sesudah berhasil membebaskan dari penjajahan Sekutu, di era kemerdekaan, Surabaya di jajah oleh serbuan yang tidak kalah dahsyatnya, dibandingkan dengan pasukan sekutu, yaitu : pelacur.
Di Surabaya terkenal dengan komplek pelacuran terbesar di Asia, Dolly. Dolly nama seorang germo berdarah Belanda. Praktek pelacuran di kota Surabaya, terutama di komplek Doly itu sudah berlangsung cukup tua.
Maka, Kota Surabaya saat memperingati Hari Pahlawan 10 November dengan mendeklarasikan diri sebagai kota bebas prostitusi. Deklarasi digelar di Taman Bungkul, Ahad, 16/11/2013.
Meskipun, Kota Surabaya silih berganti pejabat, tak satupun yang memiliki tekad baja, menutup komplek pelacuran Dolly. Mereka seperti menutup mata, tempat maksiat, dan terus menjaga kelestarian tempat mesum itu. Sungguh sangat ironis.
Membiarkan tempat pelacuran yang membiakkan segala penyakit sosial, penyakit penyakit pisik seperti HIV, dan penyakit kotor laiannya, yang mematikan. Bahkan, perbuatan "fahisah" itu, membuat laknat dan tidak turunnya rahmat bagi penduduk sekitar (Surabaya).
Sekarang, hadir pemimpin baru di kota Surabaya yang memiliki hati nurani, dan memiliki komitmen yang teguh, membersihkan kotoran dari kota Surabaya. Bukan hanya sampah, tetapi juga tempat-tempat maksiat.
Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, justru melakukan langkah-langkah berani, menutup semua tempat pelacuran, termasuk Dolly. Tri Rismaharini dalam sambutannya mengatakan, orang tua yang tinggal di kawasan lokalisasi di Kota Surabaya harus memperhatikan masa depan anak-anak mereka, ungkapnya.
"Masa depan anak-anak harus jadi prioritas. Orang tua jangan hanya memikirkan perut saja tetapi merugikan anak-anak," katanya. Kegiatan yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan ini juga dihadiri ratusan elemen masyarakat yang mendukung kampanye Surabaya bebas prostitusi.
Pemerintah Kota Surabaya, lanjut Tri Rismaharini, serius melakukan rehabilitasi terhadap wilayah lokalisasi. Sejauh ini, sudah ada tiga lokalisasi yang sudah ditutup, yakni lokalisasi Tambakasri, Klakah Rejo, dan juga Dupak Bangunsari.
Ke depannya, lanjut dia, Pemkot Surabaya berencana menutup lokalisasi Sememi pada Desember 2013 dan akan melakukan rehabilitasi terhadap kawasan lokalisasi Jarak dan Dolly pada 2014.
Wali kota menggarisbawahi bahwa rehabilitasi lokalisasi di Surabaya harus dilakukan khusus untuk rehabilitasi lokalisasi Dolly. Wali kota menyebut sedang melakukan persiapan matang. Bahkan, Walikota Surabaya Tri Rismaharini mempersiapkan dana puluhan miliar yang digunakan menutup lokasi pelacuran di Surabaya. Sungguh mulia langkah yang dilakukan Tri membebaskan Surabaya dari maksiat.
Terkait hendak diapakan kawasan Dolly setelah direhabilitasi nanti, wali kota menegaskan bahwa Pemkot akan menjadikan area lokalisasi yang berada di tengah kota ini sebagai sub- distrik unit pengembangan. Wali kota meyakinkan agar warga yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly, tidak khawatir dengan adanya rencana rehabilitasi yang dilakukan Pemkot Surabaya.
Mantan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya ini mencontohkan warga di kawasan lokalisasi Dupak Bangunsari yang awalnya sempat tidak setuju dengan penutupan, kini merasakan dampak positifnya.
"Warga di sekitar Dolly tidak usah bingung. Lihat warga di Dupak Bangunsari, sekarang produk UKM mereka sudah sampai luar negeri. Saya juga terkejut. Kalau ada niat baik, Tuhan pasti bantu," katanya.
Sebaliknya, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboy, justru berbuat sebaliknya, memberikan ajang bagi para manusia yang sesat dan durjana dengan membagi-bagikan kondom gratis, dan gagasan Nafsiah Mboy yang sangat kontorversi, sudah dia lakukan usai dilantik oleh Presiden SBY menjadi menteri. Sungguh berbeda antara Tri Rismaharini dan Nafsiah Mboy.
Memang, berbeda antara Tri Rismaharini dan Nafsiah Mboy, Tri Rismaharini seorang Muslimah, sedang Nafsiah Mboy seorang murtadin, dan menjadi katolik. Nafsiah sangat berkepentingan menghancurkan Muslim Indonesia dengan cara membagi-bagikan kondom, sebagai simbol kebebasan seks.
Dengan kebebasan seks itu, Muslim pasti akan hancur, bukan hanya terkena penyakit kotor, termasuk HIV, tetapi semakin sedikit nantinya yang menikah dengan jalan yang benar, kemudian di mana-mana terjadi seks bebas, seperti di Barat.
Kemudian pertumbuhan penduduk Muslim menjadi minus, karena yang ada hanyalah seks bebas, tanpa adanya ikakatan pernikahan. Muslim menjadi lemah aqidah, hilang ghirahnya, dan loyo ibadahnya, rusak akhlaknya, dan akan mudah dijajah oleh Barat.
Itulah misi Nafsiah Mboy yang menjadi agen Barat, dan sengaja di pasang menjadi Menteri Kesehatan Indonesia. Tujuan hanyalah untuk merusak Muslim. Dengan seks bebas. Wallahu'alam. *mashadi.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/opini/2013/12/03/27937/membandingkan-nafsiah-mboy-dan-tri-rismaharini/#sthash.ArnN8nRi.FTPxPkRy.dpbs, akses tgl 04/12/2013.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment