Search

Kembalikan Kedokteran Islam Menjadi Kiblat Kedokteran Dunia.

Posted by Zam on Sunday, December 1, 2013

Meraih kemaslahatan dalam bermuamalah, maka Islam membolehkan segala sesuatu sepanjang tidak terdapat larangan syar’i di dalamnya. Demikian pula dalam praktik di bidang medis.  Konsep dasar, system nilai dan berbagai praktik pengobatan sepanjang bersesuaian atau tidak berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka dibolehkan bahkan dianjurkan bila terbukti membawa kemaslahatan. Islam adalah agama universal, oleh karennya dalam dunia medis pun tidak spesifik merujuk pada ruang dan waktu tertentu. Ilmu kedokteran Islam mencakup semua aspek, fleksibel, dan mengizinkan pertumbuhan serta perkembangan berbagai metode diagnosis dan pengobatan penyakit.

Life style dan pedoman hidup sehat yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah kebenaran hakiki yang tidak diragukan manfaatnya bahkan dalam penelitian modern lambat laun diketahui manfaat medisnya melalui berbagai penelitian.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al- Ahzab: 21)

Pada ayat di atas ditegaskan, bahwa segala hal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW merupakan teladan yang baik, tidak terkecuali dalam hal pengobatan dan pedoman hidup sehat yang kemudian dikenal dengan sebutan Thibbun Nabawi.

Thibbun Nabawi

Lebih spesifik yang disebut Thibbun Nabawi adalah metode pengobatan yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Dan basis Thibbun Nabwi tentu saja Wahyu. Metode pengobatan ala Nabi ini meliputi kebiasaan hidup sehat, penggunaan terapi hijamah/bekam, ruqyah syar’iyyah, penggunaan ramuan alami serta mengindari mengkonsumsi atau penggunaan obat yang disinyalir mengandung zat yang diharamkan.

Terbukti kemudian, dalam berbagai penelitian medis dan sains modern bahwa apa yang telah dianjurkan oleh Nabi Saw sejak 13 abad yang lalu, adalah suatu kebenaran. Sebagai contoh : kebiasaan berpuasa sunnah, berwudhu, membiasakan mengkonsumsi madu, kurma dan lain-lain, makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, terapi bekam dan ruqiyah, cara tidur, manajemen waktu dan banyak lagi yang lainnya, kesemuanya memberikan kemaslahatan kesehatan sepanjang dilaksanan secara benar dan memenuhi kaidah sunatullah.

Kedokteran Modern

Kedokteran Modern adalah disiplin medis berbasis riset dan eksperiman yang kemudian diakui kebenarannya. Metode ini pun telah ada sejak zaman Nabi, terbukti dengan adanya profesi tabib pada saat itu.

Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda,

“Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah  Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kalidah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” [HR. Abu Dawud no.2072]

Pada riwayat di atas dapat ditarik pengertian bahwa bilau bukanlah thabib. Oleh karena itu Belau memerintahkan pasien ke tabib. Namun bilau tahu bahwa obat untuk si pasien adalah tujuh buah kurma ajwa yang ditumbuh beserta bijinya. Bagaimana pelaksaannya secara detail? Maka tabib berpengalamanlah yang beliau tunjuk.

Kisah lain diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW telah memerintahkan  dokter melakukan pembedahan perut pada seorang laki-laki yang mempunyai penyakit kronis pada perut. . Dokter itu berkata “Ya Rasulullah, mungkinkah seni kedokteran membantu dalam hal ini? Nabi menjawab “Jika jenis pengobatan ini terbukti berhasil, maka metode pengobatan ini hendaklah dipakai di sini”. 

Beberapa hadits lain juga menerangkan bahwa Rasulullah pernah memanggil dokter untuk pengobatan salah satu sahabat Anshar yang mengalami pendarahan internal, bahkan Rasulullah ketika menjelang  wafatnya, beberapa dokter baik Arab maupun non Arab selalu datang selalu datang serta duduk di samping beliau dan mengobati beliau.

Dari kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah tidak melarang pengobatan dengan metode yang kini disebut modern itu., malahan sangat menganjurkan bila hal itu terbukti baik dan tidak bertentangan dengan syariat.

Pada era kejayaan Islam, kaum muslimin secara sadar melakukan penelitian-penelitian ilmiah di bidang kedokteran secara orisinal dan memberikan kontribusi yang luar biasa di bidang kedokteran. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon.

Ibnu Sina misalnya, dokter kelahiran Persia yang telah menghafal al Qur’an sejak usia lima tahun, tidak hanya dikenal sebagai Bapak kedokteran Islam, dunia pun menyebutnya sebagai Bapak Kedokteran dunia. Perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ibnu Sina menyumbangkan karya-karya original dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib , ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga memperkenalkan praktik medis secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya. Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Ia pun adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. 

Praktik Pengobatan Islami

“Tidak ada penyakit yang Allah ciptakan, kecuali Dia juga menciptakan cara penyembuhannya” (HR Bukhari).   

“Mohonlah kepada Allah kesehatan. Sesungguhnya karunia yang paling baik setelah keimanan adalah kesehatan” (HR Ibnu Majah)

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku.” (QS. Asy Syu’araa’: 80) 

Keyakinan ini, hendaknya memotivasi para dokter untuk senantiasa menggali dan mengembangkan ilmu kedokterannya serta mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Mengobarkan semangat para praktisi kesehatan Nabi (thibbun nabawi) untuk menggali  teladan-teladan dari pola hidup Rasulullah SAW dan mulai melakukan penelitian sehingga kedokteran Nabi kelak akan menjadi kedokteran yang terbukti keilmiahannya, diterima secara global dan bisa jadi menjadi pintu masuk hidayah bagi dokter-dokter barat yang memiliki kecintaan pada bidang kedokteran ini.

Namun demikian dikotomi yang terjadi dewasa ini, telah membuat jarak yang jauh antara kedokteran modern dan Thibbun Nabawi. Sehingga ketika disebut kedokteran Islam identik dengan Thibbun Nabawi saja. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, terjadi hubungan antagonistis antara  kedokteran modern dengan kedokteran Nabi. Tidak seharusnya hal ini terjadi.

Idealnya, seorang yang melakukan praktek kedokteran dalam kedokteran Islam, baik itu dokter dalam pengertian modern ataupun praktisi Thibbun Nabawi hendaklah berperan ibarat guru yang memberitahu pasien apa yang harus dikerjakan dan mengapa hal itu harus dikerjakan dan membangun relationship  dokter-  pasien atau praktisi kesehatan - pasien secarai efektif menuju kesembuhan pasien. Lebih dari itu menanamkan edukasi bagaimana seharusnya setiap orang menyikapi fenomena sehat dan sakit.

Bagi seorang dokter dalam melaksanakan tugasnya berlaku “Aegroti Salus Lex uprema” yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi. Jika pengobatan nabi disadari merupakan pengobatan yang efektif dapat menyembuhkan pasien, maka tidak ada salahnya jika seorang dokter menyarankan melaksanakan thibbun nabawi pada pasiennya, sebaliknya, para praktisi kedokteran nabi tentu akan dapat mencontoh Nabi SAW yang membolehkan bahkan menyarankan  kedokteran modern jika itu berguna untuk kemaslahatan.

Penelitian kedokteran modern yang berkembang pesat, hendaklah dimanfaatkan oleh dokter-dokter muslim untuk menemukan pengobatan penyakit mau pun mengambil pelajaran dan hikmah sehingga dokter-dokter muslim dapat kembali merasakan zaman keemasan kedokteran Islam. Di samping itu, dokter muslim yang mendalami ilmu kedokteran modern hendaklah menjadi agen kedokteran Islam dengan berperilaku yang mencerminkan akhlakul karimah.

Kita mensyukuri bahwa khazanah pengobatan berbasis Thibbun Nabawi dewasa ini semakin mendapat perhatian. Namun demikin, seharusnya tak berhenti di situ, riset yang konseptual dan sistematis hendaknya dilakukan terus - menerus dan berkesinambungan. Dengan begitu pengobatan cara nabi (Thibbun Nnabawi) akan menjadi kebanggaan universal di era kemodernan.

Baik dokter (muslim) maupun praktisi thibbun nabawi sudah seharusnya berusaha untuk kejayaan kedokteran Islam dengan cara memperkaya khazanah ilmu masing-masing, memberikan pelayanan kesehatan yang professional dan menunjukkan nilai-nilai keislaman serta saling mendukung dan bekerja sama dalam rangka ikhtiar untuk kesembuhan pasien. Sudah saatnya kedokteran Islam kembali menjadi kiblat kedokteran dunia.

oleh Abdullah Lahdji 
sumber : http://khazanahkedokteranislam.blogspot.com/2012/10/kembalikan-kedokteran-islam-menjadi.html, akses tgl 02/12/2013.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment